Mimpi

Gue pengen bahas soal mimpi. Bukan tentang sebuah impian tapi ini bunga tidur. Pengalaman gue, banyak bet terkoneksi dengan alam bawah sadar lewat mimpi. Semacam warning ataupun semesta memberi tanda pada kehidupan gue. 

Bagi gue, meski hanya bunga tidur namun mengalami mimpi dengan penglihatan yang jelas juga alur yang cenderung komplit itu bagaikan gue sedang berkelana di dimensi yang lain. Gue sangat tertarik dengan fenomena yang terjadi pada sebuah mimpi. Memang ada banyak beragam penafsiran. Ada yang memang itu semacam petunjuk dari semesta lewat alam bawah sadar kita yang merekam sangat detil. 

Ada yang hanya plek bunga tidur saja dengan penglihatan yang kabur dan plot acak-acakan. Dan banyak lagi dah. Tapi intinya, ketika gue bermimpi dengan gambaran yang cukup jelas, gue akan segera mengingatnya. Karena hanya sepersekian persen rekaman tentang mimpi tersebut berhasil diingat kembali setelah bangun. Bahkan, nggak ingat sama sekali. 

Yang sering banget adalah gue mimpi berada di suatu tempat, yang gue nggak tahu itu ada dimana. Gue bahkan menanyakan alamat pada orang yang gue temui di sekitarnya. Dan memang arti yang tersiratnya nggak jauh dengan seakan lewat mimpi itu gue udah 'tersesat' namun di alam bawah sadar gue atau dari lubuk hati gue yang paling dalam gue juga ingin berada di jalur yang benar. 

Benar dalam arti lurus. Lurus dalam arti mendekatkan diri gue pada fitrah. Gue tahu harus kemana, tapi sama kek yang gue alami dalam mimpi. Gue pun masih tidak tahu harus memulai dari mana. Disaat begitu banyak tekanan yang gue rasakan, terutama soal ekonomi yang mempush mental gue abis-abisan. Bahkan gue kehilangan resfect dan kepercayaan dari sahabat, teman, keluarga, orang terkasih dan orang-orang yang ada di sekeliling gue. 

Ditambah belakangan gue sering mimpiin ular. Meski terkesan seram, tapi banyak arti yang bagus. Kalau nggak jodoh berarti rezeki. Waktu gue dapet jodoh, gue mimpi dikejar ular sampe gue kepatok. Nggak lama gue nikah. Sama juga waktu gue pas mo dapat momongan, gue juga mimpi digigit ular. Namun yang aneh, mimpi yang sekarang tentang ular itu selalu sama. Gue selalu dalam posisi menghindar, kalau tidak gue membunuh ular tersebut. 

Andai gue bisa artikan, keknya ini menyangkut soal rezeki atau keuangan gue yang memang lagi morat-marit. Istilahnya, seakan menyiratkan bahwa jalan itu ada di depan mata namun gue nggak bisa menggapainya. Terlalu banyak rintangan dan tembok yang tidak sanggup gue runtuhkan. 

Kadang kala, gue juga mimpiin soal mantan. Padahal gue nggak terlalu mengingat-ingat. Karena memang sudah beda alam. Dan gue masih berteman baik meski hanya sekedar saling folow di sosmed. Sejauh yang gue lihat sekilas kalau pas nyamber beranda gue, kehidupan mereka sangat bahagia. Gue cukup puas dengan itu. Setiap gue ingat satu persatu hanya perasaan bersalah yang muncul. Karena gue yang selalu memutuskan hubungan secara sepihak, karena waktu belia itu ego gue sangat tinggi dan tidak menerima satu hal pun yang mengecewakan gue. Kalo gue udah nggak nyaman ya udah, the end. 

Sama kek pas gue kalo ada acara reuni sekolah, gue merasa rendah diri. Karena nasib teman-teman gue banyak yang diluar ekspektasi. Ketimbang prestasi akademik, keaktifan berorganisasi gue dahulu yang segambreng sekarang hanya melintas sebagai momen berharga saja. Yang setidaknya masih bisa gue kenang, dimana mengingatkan gue bahwa ada masanya alur kehidupan gue selalu menanjak dan dikelilingi begitu banyak teman juga sahabat. 

Sangat ironis dengan kehidupan gue yang sekarang, atau memang gue yang sengaja menutup diri. Beberapa ada yang memang benar-benar hilang respect ma gue karena perbuatan gue sendiri. 

Hal yang sama jika gue bahas soal mantan, yang ada mereka mungkin tersenyum kecut melihat kehidupan gue yang sekarang. Soal kadang kala mereka sesekali mampir ke mimpi gue, gue juga nggak tahu kenapa. Yang jelas, gue sangat berterima kasih pada masa lalu gue. Banyak yang memberikan gue kenangan manis, tapi sebaliknya gue yang malah rata-rata meninggalkan luka. Karena kesabaran gue dalam mempertahankan hubungan dahulu hanya setipis tisu. Kalaupun beberapa ada yang membekas dalam ingatan mereka, mungkih hal yang nggak enaknya. Istilahnya ditinggal pas lagi sayang-sayangnya. 

Beberapa ada yang pernah merespon tetap berkomunikasi ma gue. Meski hanya say hay. Namun entahlah, kebanyakan tidak mau terlalu lama terus menjalin kontak ma gue untuk menjaga perasaan pasangannya. Namun satu sisi cukup membuat gue bangga, karena mereka sangat menjunjung tinggi poin itu. Gue juga nggak pernah ngerasain lama-lama pacaran, paling banter 6 bulan. Ada yang tahunan tapi putus nyambung. Bahkan ada yang cuma sebulan doang. 

Yang sehari pun doang juga pernah gue alami. Itu ketika gue deket ama seorang pemuda belia yang kalau dia masih sekolah, mungkin saat itu masih kelas 3 smp. Sedangkan gue baru lulus SMA. Yah, mungkin kenangan tentang masa lalu gue begitu berwarna hingga wajar saja sesekali ada saja yang mampir ke mimpi gue. Yang paling aneh adalah rata-rata gue ibarat pintu gerbang buat mantan gue menuju pernikahan. Kebanyakan begitu putus sama gue, mereka lantas menjalin hubungan dengan seseorang sampai benar-benar ke pelaminan. Dan itu bukan sekali dua kali saja. Aneh tapi gue juga nggak tahu kenawhy. 

Entah karma atau bukan, pasca menikah gue yang justru ngalamin jatuh bangun mempertahankan sebuah hubungan. Meski laki gue bukan cinta pertama, atau pacar pertama, tapi gue memang bersungguh-sungguh ketika gue memutuskan menikah ya sudah fokus pada yang ada depan mata. Gue udah kenyang dulu masa muda. Tinggal benernya. 

Namun, yang terjadi sebaliknya. Laki gue yang belum 'wareg'. Istilahnya gue dulu udah pernah pacaran ma berbagai jenis karakter. Dari yang paling cuakep secara fisik sampe yang biasa-biasa saja. Yang pintar, yang sholeh bahkan yang badboy atau playboy juga gue udah ngalamin. Jadi, ketika gue dihadapkan dengan godaan dari luar, gue sudah mentok. Tidak ada alasan lagi buat maen-maen. Yang belom pernah ngalamin cuman satu, yang banyak duit. Tuh belom pernah gue, karena gue dulu emang basicnya nggak matre. 

Beda ma laki gue, jadi ketika dulu dia sempat oleng gue sadar diri. Mencoba mengerti dari sudut pandang dia. Ketika suatu saat laki gue bercanda seakan protes karena gue banyak mantannya, sedangkan dia nggak punya sama sekali. Ya, gue bisa ngomong apa? Salahnya sendiri kenapa nggak nikmatin masa mudanya. Karena bagi gue, jika pun dulu dia punya lebih banyak mantan tidak masalah. Bagus malah, jadi pas nikah tinggal benernya. Karena ketika memutuskan untuk ke pelaminan, ya sudah. Berarti benar-benar menempuh lembaran baru hanya ada gue dan dia. Titik nggak pake koma. 

Jangankan setelah menikah. Sebelum menikah pun, gue paling anti dengan orang ketiga. Jika cowok gue ketahuan selingkuh, atau ternyata udah punya cewek, bahkan lebih dekat ke teman ceweknya ketimbang gue bagi gue tidak ada toleransi. Jikapun saat itu gue yang oleng, maka gue harus memilih salah satu. Karena itu gue rekor dalam memutuskan hubungan secara sepihak. Kenapa jadi panjang ya bahas mantan, hahaha. 

Ya balik lagi ke soal mimpi. Memang sesekali ada yang mampir ke mimpi gue. Bagi gue itu bonus. Hiburan. Atau mungkin alam bawah sadar gue mengingatkan diri sendiri bahwa gue sangat berharga. Yang gue tangkap, warning buat diri gue sesulit apapun kehidupan gue sekarang gue harus mengingat momen-momen indah di masa lalu. Bahwa ada masanya gue begitu bersinar, dicintai dengan segenap hati, dan punya begitu banyak teman. 

Ibarat diri gue sedang berkata, "Ayolah! Jangan berkecil hati begitu. Jika dulu gue bisa kenapa sekarang tidak?" Pada akhirnya, ujung-ujungnya yang menyadarkan diri sendiri ya gue-gue juga. Meski pada kenyataannya sekarang gue cukup kesulitan. Seperti ikan yang lupa cara berenang, atau seeokor burung yang lupa cara untuk terbang. Kurang lebihnya begitu. 

Bahkan terkadang, saking gue menantikan entar gue mimpi apa lagi yak. Ditambah hari-hari yang gue rasakan semaput, gue sangat menantikan waktu tidur. Seakan gue refresh sejenak. Masuk ke dimensi lain. Dan bangun dengan mood yang lebih baik. 

Ah ya satu lagi, gue juga sering mimpiin keluarga gue yang sudah meninggal. Paling sering almarhum nenek gue n tante gue. Terutama pas gue lagi dwon banget. Memang agak seram sih, karena di dalam mimpi itu gue juga sadar bahwa sudah beda alam. Tapi, rata-rata tidak banyak ngobrol, hanya berinteraksi dan baik-baik ke gue. Kadang tersenyum sekedar menyapa ya gue anggap aja itu silaturahmi. Mungkin mereka disana masih bisa mantau gue sedang dwon atau bisa jadi sekedar mengingatkan agar gue tidak menyerah dan tetap semangat. 


Postingan populer dari blog ini

Independent Woman

Weekend

Ambang Batas4