I (try) Love My Self

Bukan omong kosong ketika BTS mengkampanyekan lewat musik tentang mencintai diri sendiri itu efeknya luar biasa bagi para Army. Karena memang gue akui lewat lirik lagu mereka benar-benar bisa memotivasi seseorang untuk sadar bangkit dari keterpurukan. Belajar berdamai dengan rasa sakit, dan mulai mencintai diri sendiri. 

Gue bukan Kpopers, atau pun pecinta drama korea. Sama kek kebanyakan orang sebelum mengenal mereka. Gue pun nggak bisa membedakan wajah para anggota kek keliatan sama semuanya. Kadang kala gue juga mengerutkan dahi ketika melihat riasan yang nggak biasa. Karena faktor budaya disana memiliki stansar tertentu untuk dikatakan 'menarik'. Itulah kenapa kita tidak boleh menilai orang hanya dari luar. 

Mereka dicintai bukan hanya lewat karya, namun mereka menunjukkan bagaimana mereka berproses. Mungkin karena alasan itu juga yang membuat gue lebih berani memposting curhatan gue di blog ini. Gue hanya ingin berbagi, sekaligus mengingatkan diri sendiri. Plus memang benar adanya menulis itu bisa dijadikan terapi. Karena itu gue tidak segan2 menceritakan kisah hidup gue, meski hanya satu orang yang membaca namun lewat perkataan gue ini ada yang bisa mengambil hikmah syukur2 menginspirasi itu sudah bagus buat gue. 

Kalaupun tidak ada, ya nggak apa-apa. Gue harus akui apa yang gue tulis ini bisa sangat membantu gue mengekspresikan diri, dengan begitu gue tetap mempunyai semacam pengingat bahwa betapapun sulit kehidupan gue saat ini. Gue harus mampu melihat sejauh apa gue sudah berjalan dan melewatinya. 

Kadang, dalam proses menuangkan isi hati gue menemukan beberapa solusi. Bahkan tersadar oleh tulisan sendiri. 

Kenapa BTS?

Karena harus gue akui, awal kebangkitan gue adalah saat mengenal mereka lebih dalam lagi. Bagi para Army, mereka sadar betul mengidolakan BTS hanya halusinasi. Dari agama saja sudah beda, bahkan ada beberapa member yang tidak beragama. Tapi bukan itu intinya. Sekali lagi manusia adalah manusia. Yang notabene mahluk sosial yang membutuhkan tempat untuk menampung rasa sakitnya. Jika tidak ada manusia di sekitarnya yang real yang mampu, dia akan terus mencari penyembuh, penyemangat atau apapun itu namanya. 

Itu sebabnya banyak yang menganggap BTS sebagai pasangan halu. Bukan karena lebay, drama atau semacamnya. Mereka sadar benar sedang berhalusinasi. Ketika mengidolakan mereka, lantas terinspirasi untuk hidup lebih baik. Why not? Pada akhirnya jika hal itu memang bisa menyembuhkan trauma psikologis, atau sekedar mengalihkan sejenak dari permasalahan hidup kenapa harus dianggap lebay? 

Justru kebanyakan orang-orang ini (termasuk gue), adalah sebenarnya orang-orang yang membutuhkan perhatian dari sekitar namun tidak mendapatkannya. Dipaksa untuk tetap kuat menghadapi persoalan pelik dalam kehidupannya tanpa kehilangan semangat. 

Gue sering mengalami hari yang berat. Ketika gue tidak bisa berbagi dengan pasangan, orang tua atau bahkan teman. Ketika gue merasa terkucilkan di dunia yang luas ini. Namun dituntut tetap tegar dihadapan anak-anak. Itu tidaklah mudah. Kenapa nggak beribadah saja? Berserah, ngaji, dan seterusnya. Gue yakin para Army muslim juga setuju. Mereka pun sudah melakukannya. 

Namun sekali lagi gue ingatkan. Manusia adalah mahluk sosial. Hubungannya tidak lepas dari dua hal. Yaitu dengan Tuhan dan dengan sesama manusianya juga. Paham kan? Ketika ruang 'langit' sudah terisi, manusia pun membutuhkan ruang 'bumi' mereka agar tidak merasa seorang diri. 

Dan kita ini hidup dalam kemajemukan. Terlepas dari perbedaan ras atau keyakinan, selama itu bisa menginspirasi juga memotivasi kenapa harus diperdebatkan? Manusia mau sebanyak apapun ragam jenisnya adalah ciptaan Tuhan. Bagi gue, selama bisa memberikan kekuatan dalam menghadapi persoalan tidak masalah. Yang kita ambil kan hikmahnya, bukan berati mencampur adukan keyakinan/agama/ semacamnya. 

Tahun 2017 pertengahan, gue mulai kenal BTS. Lagu-lagunya enak di dengar, para personilnya juga menarik perhatian. Namun ketika gue tahu apa arti dari setiap lagu yang mereka bawakan gue semakin mencari tahu sebenarnya siapa mereka ini? 

Dan posisi gue bukan lagi orang yang cuman mengidolakan lagu ataupun ketampanan para personilnya saja. Namun mulai belajar dari apa yang telah mereka lalui. Gue pikir tidak salah gue pernah membaca satu kutipan bahwa orang yang hidup dengan penuh rasa sakit akan melihat dunia yang tidak dapat dilihat kebanyakan lainnya. Inilah mengapa lirik mereka begitu dalam dan bisa menjadi motivasi tersendiri bagi para penggemarnya. 

Mereka mencoba menyebar 'virus' untuk mencintai diri sendiri lewat musik. Karena mereka benar-benar telah melewati masa-masa sulit. Rasa sakit disini cangkupannya luas bukan hanya sekedar lagu patah hati namun juga seperti  depresi, bulying, dikucilkan, dianggap beda, masalah keluarga, dianggap sebelah mata, dihina. Banyak lah. Dan mereka mampu mematahkan semua itu lewat karya. 

Dari itu, para Army termasuk gue seakan tertampar jika bukan diri sendiri yang peduli maka siapa lagi. Awalnya tidak mudah. Karena kebanyakan orang cenderung menyalahkan diri sendiri, gue pun sama. Bahkan sampai saat ini ketika persoalan terus terjadi gue pun sering membenci diri sendiri. Sebegitu tidakbergunanyakah gue? 

Namun, saat mendengarkan lagu-lagu mereka, menonton kisah mereka, tertawa juga menangis. Tak butuh waktu lama untuk gue sadar bahwa jika mereka bisa melewatinya maka gue pun harus bisa. Semacam itulah. Ketika sedih gue suka nonton video mereka, itu cukup mengalihkan pikiran mumed gue. Atau membantu gue melewati hari. 

Dari situ pun gue belajar dan menyadari satu hal bahwa otak kita diciptakan begitu luar biasa. Ketika perasaan lebih baik, mood kita pun meningkat drastis. Dan dengan sendirinya apa yang membuat 'sakit' entah itu fisik maupun psikis akan teralihkan. Karena yang membuat ambruk hanyalah ketika kita berpikir atau mengatakan bahwa ini sakit. 

Sebaliknya saat kita mengatakan pada diri sendiri semua akan berlalu, atau gue bisa melewatinya. Secara otomatis otak kita pun mencerna. Dari sekian kali pemicu migren gue, yang paling banyak adalah pikiran. Jadi penting tetap menciptakan atmostfir yang bagus untuk kesehatan mental gue. 

Gue mulai belajar menerima kekurangan gue. Dengan begitu, gue tidak akan terlalu menyalahkan diri sendiri. 


Postingan populer dari blog ini

Independent Woman

Weekend

Ambang Batas4