Orang Asing3

Orang Asing3

Yang berikutnya adalah 

3. Wanita di dalam Bus

Orang asing berikutnya yang di luar nalar gue yaitu teman satu perjalanan di bus. Seperti yang sudah-sudah, pertemuannya memang biasa saja namun yang gue rasakan berbeda seolah sudah di atur sedemikan rupa. Karena gue pikir-pikir itu mungkin saja cara Tuhan menggiring gue pada episode baru kehidupan gue lewat pemberian orang tersebut. 

Jadi, sewaktu ketika disaat semua badai besar pernikahan gue sudah berlalu. Kan gue bilang kami memasuki episode lain, setelah selesai masalah Mpok gue. Keluarga gue di kampung pun sedang mengalami masa-masa sulit. Dimana cobaan datang bertubi-tubi tanppa jeda. 

Setelah itu tidak berselang lama, nyokap gue didiagnosa kanker dan harus dioperasi. Gue sangat sedih karena jauh gue nggak bisa mendampinginya. Jadi, setelah gue dapat kabar jika nyokap gue harus melakukan kemo di salah satu rumah sakit yang ada di Bandung. Gue meminta izin ma laki gue untuk menjenguknya. Karena hati gue nggak tenang. 

Awalnya gue disuruh bawa anak gue, tapi gue bilang anak gue sekolah dan gue cuman dua hari doang. Akhirnya Laki gue mengizinkan ya walau dia kelihatan kek bete dan dia terlihat cemburu. Mungkin dipikirnya gue mo kemana. Karena setiap kali gue pergi jauh sendirian laki gue tidak bisa menutupi rasa cemburunya entah karena apa mungkin dulu dia sering pergi ma perempuan itu kali jadi tiap gue pergi sendiri laki gue parno gue akan melakukan hal yang sama. Gue nggak tahu dah. Karena laki gue juga tipe cowok gengsinya selangit sangat jarang mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. 

Tapi gue keukeuh pergi sendiri, selain ongkosnya pas-pasan juga anak gue kan harus sekolah. Singkat cerita gue akhirnya naik bus tujuan Bandung. Gue nanti di jemput sama paman gue karena hari sudah sore dan pasti nyampe ke terminal Bandung malam hari. Tapi entahlah perasaan gue ingin cepat-cepat sampe. Dan gue ingin menemani nyokap gue kemo besok harinya. 

Gue duduk di bangku paling depan sebelah kiri supir, tidak lama setelahnya seorang wanita mengenakan hijab duduk pula disamping gue. Beberapa menit setelah bus itu melaju, kami memulai percakapan biasa menanyakan tujuan. Saat gue berkata bahwa gue hendak bertemu dengan nyokap gue karena besok nyokap mo kemo tiba-tiba saja wanita tersebut mengeluarkan sesuatu dari tasnya. 

Dibungkus dalam sebuah plastik, gue lihat seperti batangan kayu yang sudah dipotong sekitar 15 cm. Wanita itu bilang ke gue, bukan kebetulan kami bisa bertemu mungkin sudah jalannya dia mencoba membantu. Kemudian dia memberikan satu batang kayu tersebut sama gue. Dia bilang kayu itu adalah obat semua penyakit dan serba guna. Dan tidak ada efek samping karena berbahan alami. Dia berpesan agar menyampaikan salam pada nyokap gue sekaligus menitipkan benda tersebut untuk diberikan pada nyokap gue. 

Wanita itu juga berkata jika benda yang berbentuk seperti batang kayu berwarna merah muda itu bisa dibagi jadi beberapa bagian. Gue sempat bertanya apa bisa mengobati migren menahun mengingat gue sejak lama menderita itu. Dia bilang tentu saja, namanya juga kita harus ikhtiar dan alam selalu punya rahasia. Yang penting kita percaya dengan ikhtiar lewat jalan tersebut Alloh bisa mengabulkannya. 

Kami berpisah di pertengahan perjalanan saat bus sedang di rest area. Gue pindah ke jok paling belakang tempat smooking. Karena saat itu gue sudah merokok. 

Singkat cerita ketika gue sudah sampai gue ceritakan pengalaman tersebut ma nyokap gue. Gue juga sempat mendampingi nyokap ke rumah sakit. Saat gue balik ke Jakarta lusa harinya, gue memotong sedikit sekitar 5 cm untuk dibawa. 

Gue mencoba meminum air dari serpihan kayu tersebut 2 sampai 3 kali selama kurang lebih dua bulan. Nah, gue baru ngeh setelah beberapa waktu kemudian gue tiba-tiba saja telat datang bulan. Jelas aja gue kek ga percaya, karena sudah hampir dua tahun mungkin lebih gue lepas kb. Dan gue pun tidak terlalu mengharapkan akan dikasih momongan lagi. Mengingat kejadian dulu gue mati-matian berjuang. Satu aja tanggung jawabnya berat banget. Apalagi gue troma jika laki gue 'oleng' lagi gimana? 

Gue pun sedang menikmati masa-masa bebas nggak dikintilin mulu bocah karena anak gue udah mulai gede. Gue bisa ikut senam, pergi ke pasar tanpa drama dan seterusnya dah. Beda sama laki gue yang menginginkan diberikan lagi momongan pasca kami memulai lagi hidup baru. Bahkan teman-temannya mensupport agar kami punya anak lagi biar hubungan kami lebih erat. 

Sementara gue yang parno n troma, jika pun Tuhan hendak memberikan kami keturunan lagi gue nggak masalah karena itu rezeki. Asalkan laki gue yang menginginkannya sendiri dan dia tidak mengulangi perbuatan yang dahulu lagi. Bukan tanpa sebab gue berpikir begitu, karena sewaktu dulu dia sedang 'amnesia' lupa segalanya tersebut gue malah yang menginginkannya. Namun laki gue tidak mau. Gue sempat kecewa mendengarnya karena bagi gue keknya laki gue memang udah nggak mau terikat lebih lama lagi sama gue agar bisa bersama perempuan itu. 

Saat gue merokok, laki gue suka protes sedih katanya lihat gue jadi begitu. Ya kata gue, emangnya karena siapa gue jadi begini? Kata laki gue kapan punya anak lagi kalo gue masih ngerokok? Saat gue melakukan test kehamilan dan hasilnya positif gue pun kek ga percaya karena saat itu gue masih kecanduan merokok. Gue ikut tertekan juga saat masalah Mpok gue, rumah dikampung yang harus di jual, plus nyokap gue didiagnosa kanker. Sementara efek dari merosotnya keuangan kami membuat laki gue kembali lagi tercyduk bermesraan dengan wanita lain. Meski tidak separah dulu, hanya via telp saja tetap lah membuat gue terluka dan tidak habis pikir sebenarnya apa yang dia inginkan? 

Ketika kami hampir mau berpisah, dia tidak menginginkan itu terjadi. Tetapi, saat kami kembali bersama, dia menyia-nyiakan gue lagi. Alasannya karena katanya gue terlalu sibuk mengurus masalah keluarga gue bahkan sampai membuat keuangan kami merosot tajam. Ketika laki gue mengatakan hal tersebut cukup membuat seperti sebuah tamparan yang cukup keras buat gue menyadarinya. Dan sejak saat itu gue berhenti tidak lagi membantu apapun hanya fokus pada keluarga kecil gue. Tapi ya, lagi lagi itu tidak cukup membuat laki gue berhenti dari kesenangannya. Dan tentu membuat gue kecewa, lebih-lebih gue merasa tertekan karena pengorbanan laki gue saat ingin menebus segalanya jadi sia-sia. 

Saat akan memulai hidup baru, laki gue mengambil keputusan entah mungkin dia memang ingin mencoba membahagiakan gue. Dia mengajukan pinjaman ke bank dengan jumlah yang lumayan dengan tujuan agar kami bisa memulai semua dari nol. Ya pada awalnya semua berjalan indah, dia beliin gue motor supaya gue gampang berbelanja, bahkan dia membelikan cincin couple, banyak lah. Dia pun sempat memberikan orang tua gue sejumlah uang yang mayan besar untuk membantu mereka. Juga pada keluarganya. Kantin gue pun penuh dengan stok barang. 

Sayangnya lagi-dan lagi setiap gue memulai hal baru ma laki gue selalu saja ada ujian datang setelahnya. Di mulai masalah mpok gue sampe gue abis-abisan. Laki gue merasa kecewa karena kami yang harus menanggung dampaknya. Menyisakan tunggakan yang cukup lama, dan gaji dia hanya tinggal setengahnya saja. Tanpa menghasilkan efek apa-apa. Laki gue berhak kecewa. Namun saat itu gue kek ga punya pilihan, ga bisa melihat mpok gue menanggung beban seorang diri sekaligus gue ga sanggup melihat orang tua gue sedih karena pas bokap nyokap gue ke jakarta gue benar-benar melihat keadaan orang tua gue yang miris. Bokap gue sampai kurus banget, kata nyokap beliau sering ngelamun. 

Jadi gue kek buah simalakama. Andai saat itu gue nggak sok bisa ngehendel masalah mpok gue, andai gue langsung bilang yang sebenarnya terjadi. Dahlah, sulit dijelaskannya. Karena saat itu pemuda yang menghamili mpok gue meyakinkan gue bahwa semua rencana akan berjalan baik. Tapi ternyata dia lari juga dari tanggung jawabnya seperti dahulu. 

Hal itu juga yang membuat gue merasa gue yang harus bertanggung jawab, karena pengorbanan laki gue sia-sia. Dan untuk menutup kekurangan keuangan kami karena gaji laki gue udah tinggal setengah gue mulai bermain api dengan meminjam ke rentenir. Itu awal mula masalah keuangan gue jadi semakin acakadul. 

Balik lagi ke soal orang asing yang gue temui di bus tersebut, memang awalnya batangan kayu yang dititipkan untuk nyokap gue. Namun, gue kan sempat memintanya. Gue sempat cari tahu tentang benda tersebut ternyata khasiatnya memang luar biasa. Selain untuk mengobati berbagai penyakit dari yang ringan sampe yang berat, juga membersihkan racun dalam tubuh, plus bisa juga menguburkan kandungan. 

Itu yang membuat gue berpikir, bahwa lewat orang asing tersebut seakan Tuhan membantu gue. Karena kalo dipikir logika, gue perokok berat, stres, dan juga masih mengonsumsi obat warung untuk meredakan migren menahun gue. Jadi, sangat kecil kemungkinan gue bisa hamil dalam kondisi seperti itu. Tapi Tuhan Maha Berkehendak. Jika dulu Tuhan bisa membolak balikan hati laki gue dalam sekecap, maka kali itu gue merasa Tuhan membuat sesuatu yang tidak mungkin menurut logika menjadi mungkin. 

Saat tahu gue hamil, laki gue senang bukan main. Rokok gue langsung dia sita, dan gue diawasi penuh ma laki gue. Dan ajaibnya migren gue sembuh. Selama gue mengandung, gue sama sekali tidak mengalami migren. Hanya gejala kehamilan seperti kebanyakan pada umumnya. Gue pun sempat berhenti ngerokok selama gue hamil sampai menyusui. 

Tapi karena tekanan ekonomi yang masih mempush mental gue dan malah menjadikan hubungan gue ma laki gue renggang lagi, gue terpaksa kembali melampiaskannya pada benda itu lagi. Dan migren gue sekarang memang sudah sembuh, hanya sakit kepala biasa. Tapi, bisa kambuh sewaktu-waktu dengan rasa sakit yang lebih parah jika gue dalam keadaan sangat tertekan. 

Meski kemungkinannya banyak, namun gue merasa Tuhan memberikan jalan agar gue kembali mengandung lewat orang asing yang gue temui di bus tersebut. Wallahualam. 

Bersambung ... 


Postingan populer dari blog ini

Independent Woman

Weekend

Ambang Batas4