Otak Gue Sekarang Isinya Cuman Duit

Dulu banget, dulu ... dulu ... sekali 
Gue nggak kepikiran pengen banyak duit. Maksud gue, nggak terlalu ngejar materi. Sapa sih yang pengen punya rumah bagus, mobil, tabungan banyak dst. Semua orang juga maunya begitu pan. 

Pada dasarnya gue orangnya nerimo, dikasih berapa aja nggak protes. Gue mah yang penting harmonis, lebih mengejar kebahagiaan batiniah.

Tapi, setelah melalui banyak hal. Gue zengah dan berontak. Seakan muak ada di posisi paling bawah. Menjadi manusia yang nggak bisa menghasilkan uang sekarang bagi gue kek sebuah penghinaan yang menimbulkan luka mendalam. 

Tidak dihargai oleh siapapun. Padahal, seumur gue idup, gue nggak terlalu ingin perhiasan. Baju bagus, skincare atau apapun yang bersifat banda. Gue emang anak mamih, nggak pernah ngerasain kerja keras sebelum gue menikah. Sejak dulu, gue manjanya ama perhatian dan kasih sayang dari orang-orang terdekat.

Sekarang, gue udah muak dan zengah karena selalu dianggap sebelah mata. Kodrat seorang wanita ya diam di rumah, ngurus anak dan suami. Dan setelah melalui pernikahan yang lumayan lama, gue bisa pastikan kalau jad seorang ibu rumah tangga itu capeknya luar biasa. 

Kerjaan yang nggak beres-beres. Sakitpun nggak bisa lama-lama. Karena sebagaian besar para suami dan anak-anak terlalu bergantung dan mengandalkan istri/ibu mereka. Hanya sedikit pria yang peka mau memandang kehidupan dari sudut pandang wanita. 

Bagi mereka bekerja keras dan upah yang dia terima untuk dikasih anak dan istrinya adalah pencapaian luar biasa. Selepas itu, mereka merasa harus diperlakukan seperti raja. Banyak yang masa bodoh dan tidak mau tahu bagaimana keadaan yang ada di dalam rumahnya. Karena pemikiran bak superhiro yang sudah merasa bahwa dia bekerja dan memberi uang itu sudah cukup berperan sangat besar. 

Ya, kenyataannya. Kalau mau dibanding-bandingkan siapa yang lebih bekerja keras nggak akan menemui titik terangnya. Baik para suami maupun para istri masing-masing merasa paling sibuk dan capek. Banyak yang bentrok dengan opini ini. Hingga tidak jarang menimbulkan miss komunikasi akhirnya berujung pertikaian. 

Hello! Lantas dimanakah ikrar dan janji manis dahulu saat saling mendeklamasikan diri sebagai suami-istri? Dimanakah rasa cinta yang menggebu-gebu saat keduanya yakin bahwa mereka ditakdirkan sebagai sepasang kekasih abadi yang saling mencintai dan membahagiakan satu sama lainnya? 

Its Bulshit!!!

Percaya ma gue, ketika urusannya sudah menyangkut soal keuangan maka segala sesuatu akan berubah. Maka, seiring zaman yang makin keras, pemikiran dan cara hidup gue juga berubah 180 derajat agar gue nggak 'punah'. 

Gue nggak mendambakan lagi sebuah pernikahan yang sakinah, mawadah dan warohmah karena itu sebuah mimpi yang hampir mustahil gue gapai saat ini. Ketika gue mendambakan cita-cita yang simple dan serba gratis dimana yang dibutuhkan hanya bersifat tekad dan keinginan. Kesetiaan, saling terbuka, saling menghargai, saling menasehati, saling membangun pondasi agama yang benar, dan saling-saling yang lainnya. Yang terjadi gue malah dimakan mimpi sendiri. 

Satu-satunya cara yang bisa gue lakukan untuk bertahan hidup ya merubah sudut pandang gue menjadi sebaliknya. Gue nggak terlalu menginginkan semua itu lagi sekarang dalam hidup gue. Sebagai gantinya, gue menginginkan banyak uang dari hasil keringat gue sendiri. 

Gue nggak mau muluk-muluk punya istana ataupun candi, atau hal-hal lainnya. Gue hanya ingin semua kebutuhan hidup harian gue dan anak-anak terpenuhi tanpa harus merepotkan orang lain. Sayangnya, lagi dan lagi jalan untuk gue kesana selalu pupus, kalau nggak kek terhalang sesuatu yang nggak bisa gue runtuhkan. 

Pernikahan itu jauh lebih rumit dari yang dibayangkan. Tanpa dasar keimanan yang kuat, seakan sebuah bahtera yang berlabuh di samudera luas tanpa kompas ataupun peta dan terombang-ambing oleh ombak ganas. Lebih buruk dari itu, tidak tahu tujuannya akan dibawa kemana. 

Buat yang belum menikah atau yang sudah telanjur menikah tolong tanyakan kembali pada diri sendiri, tujuan menikah itu apa sih? 

Apa hanya sekedar ingin ada teman hidup yang mengurusi segala keperluan saja? Biar ada yang masakin, nyuciin baju, beresin rumah, momongin anak dst. Atau biar ada yang menampung hasrat seksual biar tiap malam ga kedinginan? Kalau hanya sebatas itu lupakan saja! Nikahi saja tukang warteg, tukang nyuci gosok, tukang beres2 rumah, babysiter atau wanita pinggir jalan. Selesai. 

Ketika meminang anak gadis orang. Pertama-tama yang harus disadari penuh adalah sama dengan mengklaim bahwa kelak apapun kebutuhannya itu akan jadi tanggung jawabmu.
 Jadi, tidak ada alasan mengeluh atau merasa terbebani ketika mencari uang dan lantas habis. 

Apa pernah berpikir andaikata wanita yang dinikahi itu bisa saja mencari uang sendiri, atau memilih teman hidup yang mapan tapi karena bujuk rayu semanis madu lantas dia merelakan semua itu. Dan memberikan kepercayaan penuh atas kelangsungan hidup di tangan suaminya. 

Memang terdengar klise, tapi berapapun pendapatan yang di terima itu berbanding lurus dengan bagaimana bersikap terhadap istri. Dan itu benar. Sayangnya, hanya sedikit pria yang paham dan bisa menerima konsep ini. Tidak percaya? Silakan lihat sendiri orang-orang sekitar yang memegang teguh prinsip ini, rezekinya lain. Karena sebaik-baiknya sedekah ya pada istrinya. Semakin kau memperlakukannya dengan baik rahmat Tuhan akan turun. Itu yang dinamakan keberkahan. Mau sekecil apapun jika berkah maka akan tercukupi semuanya meski menurut logika tidak masuk akal. 

Semakin pelit dan perhitungan, pada akhirnya tidak akan membawa kemana-mana. Tetap habis juga. Karena wanita ibarat cermin, dia akan mengembalikan apapun yang dia terima. Andai yang dinikahi itu seorang wanita solehah, maka beruntunglah pria tersebut. Karena mau dia bersikap baik atau buruk, mau apapun tujuan pernikahan yang dia inginkan. Wanita itu akan senantiasa bersabar karena hidupnya sudah dalam level apa-apa hanya mengharapkan keridoan Tuhan. Namun, sebelum mendambakan model wanita seperti ini baiknya bercermin dahulu memangnya keimanan sebanyak apa yang dimiliki hingga layak mendapatkan wanita tersebut? 

Jelas kan, bahwa menikah tidak hanya sebatas tugas dan kewajiban saja. Tidak peduli awal dasar keimanan yang mereka bawa ketika keduanya menyadari fitrah maka seiring berjalannya waktu, baik istri maupun suami akan selalu jadi partner dalam segala hal. Keduanya tidak bisa diruntuhkan. Dan dengan sendirinya keberkahan Tuhan akan turun menaungi mereka entah menggapai tujuan yang bersifat duniawi maupun surgawi. 

Apa pernah mendengar bahwa sebaik-baiknya manusia terutama seorang pria adalah yang paling baik terhadap istrinya. Kenapa bukan yang paling kaya? Atau bahkan kenapa bukan yang paling rajin ibadahnya? Karena tidak ada jaminan lelaki yang kaya dan yang rajin ibadahnya akan memperlakukan istri dengan baik. 

Baik disini cangkupannya sangat luas. 

Selanjutnya arti menikah bukan sekedar sah menjadi suami-istri. Masa-masa indah setelah menikah hanya berlangsung berapa lama sih? Satu bulan? Dua bulan? Paling banter satu tahun itu sudah bagus. Karena apa, hari-hari berikut keduanya akan menyadari bahwa hidup tidak cukup makan cinta. 

Istri adalah partner hidup. Perlu dilibatkan dalam segala hal juga keputusan. Tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Tidak bisa hanya stuck di tugas dan kewajiban masing-masing. Keduanya harus saling. 

Ada pepatah yang mengatakan, seorang pria yang mempunyai akar keimanan yang kuat kelak jika dia menikahi wanita yang dicintainya maka akan senantiasa memuliakan istrinya. Dan kalaupun dia menikahi seseorang yang tidak dia cinta, sebab perjodohan atau takdir lainnya maka dia akan menghargai istrinya. 

Itu benar. Istri adalah jantungnya rumah tangga. Sekalipun menikah tanpa landasan cinta dan perbucinan, karena sadar akan kewajiban agama mereka tetap beranak pinak juga. Dan memangnya sebagai pria normal, bisa menyemrpot seenak jidat dimana saja? Kan tidak! Setelah mempunyai keturunan, entah memang tanpa cinta maupun tadinya bucin lantas seiring berjalannya waktu cintanya tiba-tiba raib entah kemana. 

Yang jelas, ketika sudah dihadapkan dengan keturunannya baik suami ataupun istri sama-sama menginginkan yang terbaik bagi anak-anaknya bukan? 

Dan yang terlupakan adalah bagaimana menjaga kondisi psikologis istri agar tetap sehat. Sehat dalam arti waras. Untuk mewujudkan sebuah pernikahan yang lebih banyak damainya ketimbang runyamnya, menurut gue yang harus diprioritaskan adalah istri. Wanita tidak perlu menjadi sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan semata. 

Dan jika para pria mendambakan istri yang sempurna, maka dia juga harus bertanya kembali pada dirinya apakah dia juga sudah menjadi sosok pria sempurna? Wanita hanya butuh bahagia untuk tetap menciptakan atmosfir yang bagus bagi tumbuh kembang anak-anaknya. Sayangnya tidak banyak yang menganggap hal ini begitu penting bukan? 

Jika kau merasa hidupmu sulit, dan tidak berjalan sesuai keinginanmu. Tolong tanyakan pada diri sendiri, sudahkah kau membahagiakan istrimu? Membahagiakan bukan hanya memberikan uang gajimu saja, atau menyalurkan hasrat seksualmu saja, pernahkah kau menanyakan kabar istrimu hari ini bagaimana? Atau memikirkan perasaannya, keinginannya? Sudahkah kau memperlakukan dia dengan baik entah dalam bersikap maupun tata bahasa? Pikirkan dulu itu sebelum kau menghakiminya. Atau menyalahkan bahwa istrimu hanya beban yang menyusahkan. 

Wanita tetaplah mahluk rapuh, yang pada dasarnya ingin merasa dicinta atau setidaknya dihargai keberadaannya. Itu sudah cukup menjadi 'bensin' agar setiap hari dia bisa menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik. Jika seorang wanita merasa tidak dihargai keberadaannya, kurang diperlakukan dengan baik. Maka, ibarat bom waktu jiwanya akan memberontak untuk mencari keadilan sendiri. Bahkan mencari kebahagaiaan dan mencari uangnya sendiri.

Jika wanita sudah dalam mode begini, maka habislah sudah imej seorang suami dimatanya. Dan siap-siap saja, wanita bisa melakukan segalanya jika dia sudah punya penghasilan sendiri. Jika kau perlakukan dengan baik wanita seperti ini, dunia dan segala isinya akan dengan senang hati dia berikan. Namun sebaliknya, jika kau perlakukan dengan buruk saat suatu hari dia tidak lagi menghargaimu itu adalah hal yang pantas kau dapatkan. Karena apa? Karena kau yang menyebabkan wanita ini jadi setangguh baja hingga tidak ada satu orangpun yang bisa menundukkan kepalanya, termasuk di hadapanmu! Jadi berhati-hatilah!


Postingan populer dari blog ini

Independent Woman

Weekend

Ambang Batas4