Orang Asing 4

4. Wanita dalam bus2

Orang asing berikutnya yang gue temui adalah sama-sama di dalam bus pas gue balik dari Bandung. Entah suatu kebetulan atau gimana, pertemuan gue yang nggak biasa tersebut selalu terjadi di saat gue bepergian seorang diri. Jika menuju kota kembang gue bertemu dengan wanita berjilbab yang memberikan batangan kayu yang diklaim sebagai obat segala penyakit. 

Pas gue kembali ke Jakarta lusa harinya, gue bertemu dengan bentukan wanita yang sebaliknya. Kenapa bagi gue termasuk pertemuan yang luar biasa. Karena ternyata orang ini pengedar narkoba. 

Singkat cerita, saat gue pengen ngerokok di smooking area yang terdapat di ujung bagian bus. Gue melihat seorang wanita paruh baya. Sejak awal keberangkatan dia tidak pindah lagi ke jok penumpang, dan dugaan gue benar ternyata dia juga perokok. 

Kami duduk berdampingan. Dia yang menyapa duluan karena tidak menyangka kalau gue juga merokok. Tanpa gue cerita panjang lebar, dia bisa menebak jika hidup gue memang sedang berantakan. Dia mulai berbagi pengalaman hidupnya ma gue. 

Gue semakin tertarik karena apa yang dia alami hampir sama kek gue, yaitu suaminya selingkuh tapi dengan temannya sendiri. Gue mendengarkan dengan seksama, karena memang bagi gue hal menarik ketika seseorang berbagi pengalaman hidupnya. 

Wanita ini bilang, jika hidupnya sudah berantakan sejak dia masih remaja. Dan sudah nyebur dalam pergaulan bebas, sampai dia cerita pernah jadi wanita nggak benar hanya untuk kesenangan dan mendapatkan uang dalam jumlah banyak karena pelanggannya orang luar. Mereka katanya bisa membayar dengan dolar yang tidak sedikit. 

Pembicaraan semakin panas tatkala dia jujur katanya dia adalah seorang pengedar obat-obatan bahkan dia sempat memperlihatkan barang-barangnya yang dia simpan dalam tasnya. Dia bercerita sedikit jika dia harus membayar oknum polisi agar jualannya tetap aman. 

Dan yang lebih parah, katanya dia pernah 'membunuh' seseorang. Yaitu teman wanita yang selingkuh dengan suaminya. Dengan cara mengoleskan sesuatu pada bagian vital milik suaminya. Tentu tanpa sepengetahuan suaminya. Intinya ketika suaminya melakukan hubungan intim dengan selingkuhnnya maka efeknya akan di rasakan teman wanita suaminya. 

Dia melakukan semua itu karena sudah sangat sakit hati dan memperingatkan gue jika gue punya teman wanita jangan sampai terlalu dekat pada suami gue karena apapun bisa terjadi. 

Di sepanjang perjalanan gue hanya jadi pendengar, gue nggak tau apa omongannya benar atau sekedar omong kosong mengingat dia mengaku sebagai pengedar bisa jadi saat itu wanita tersebut juga sedang dalam pengaruh obat terlarang. 

Dia sempat memberikan nomor kontaknya, dan jika gue dalam masalah tidak usah sungkan menghubunginya. Katanya gue di suruh ke tempatnya di sebuah terminal daerah Jakarta. Bilang saja nama dia maka semua orang akan kenal. Gue iya iyain aja. Dan berusaha bersikap setenang mungkin. Karena jika benar apa yang dia ucapkan maka saat itu gue sedang berhadapan dengan yang bukan 'orang sembarangan'. 

Sama seperti pembicaraan gue dengan si Oma yang gue temui di busway. Wanita itu memperingatkan gue agar berhati-hati jika pria sudah pernah selingkuh maka ke depannya akan melakukan hal yang sama. Gue sempat terdiam membenarkan, karena meski tidak separah dulu saat itu laki gue masih tetap terciduk bermesraan dengan wanita lain meski hanya sebatas di hp saja. 

Yang sempat membuat gue ketar-ketir adalah saat dia bertanya apa gue dijemput sama suami atau tidak. Kalau tidak, dia mengajak gue untuk mampir dahulu ke tempatnya. Gue diajak makan dulu nanti dia yang antar gue pulang. Gue langsung saja menjawab bahwa suami gue akan menjemput gue di terminal. Padahal saat itu gue masih belum yakin laki gue bakalan jemput. Bagusnya nggak lama gue dapat telp dari laki gue nanyain sampai dimana, gue bilang sebentar lagi sampai. Wanita tersebut sudah pasti mendengar percakapan kami, dan itu membuat gue lega. 

Akhirnya gue pamit pindah ke jok penumpang, karena gue juga takut sebenarnya. Gue nggak bisa percaya pada orang yang baru saja gue kenal. Sebelum sampai di terminal gue lihat wanita itu turun duluan dan sempat melambaikan tangannya ma gue. Gue balas melambaikan tangan dan senyum. Biar gimanapun entah benar atau tidak yang dia sampaikan bagi gue cukup menarik karena dia bersedia membagi pengalaman hidupnya sama gue plus memberikan nasihat tentang betapa kerasnya hidup di Jakarta. 

Beberapa hari kemudian gue sempat menceritakan pengalaman gue tersebut pada seorang teman. Dan temen gue sampai memperingatkan gue untuk hati-hati takutnya wanita yang gue temui itu benar-benar seorang pengedar dan sedang mencari semacam kurir. Ya jelas aja gue takut. Gue pun langsung menghapus nomor kontak wanita tersebut. Dan gue tidak pernah bertemu lagi dengannya. 

Postingan populer dari blog ini

Independent Woman

Weekend

Ambang Batas4