My Lullaby Part4

Next soal kakak perempuan gue ... 
Kisahnya sempat gue jadikan novel di Novelme. Itu karya perdana gue setelah sekian lama hiatus. Gue baca ulang, memang penyampaiannya masih kurang karena gue menuliskan seadanya. 

Gue sempat gabung di grup nulis dan mayan dapat ilmu banyak. Seperti yang udah pernah gue bilang, penulis sekarang mau tidak mau harus mengikuti trend. Skill juga kudu mumpuni, karena menembus media itu susah. Mereka juga nggak mau rugi. Itu faktanya. 

Baru di novel selanjutnya, ada peningkatan biar sedikit. Mungkin dua apa tiga gitu, gue lupa. Sisanya banyak yang ditolak, ada juga yang nggantung harus revisi. Ada sih sebenarnya satu yang nembus di Goodnovel cuman sayangnya gue nggak dapat kontrak eklusif. 

Perbedaannya, kalau dapat kontrak eklusif itu enak. Tinggal ngejar jumlah kata untuk dapat cuan dengan jumlah tertentu. Mau pembacanya sedikit atau banyak, kita tetap dapat duit dari hasil tulisan kita itu. Kalau noneks uang yang masuk hanya dari seberapa banyak pembaca yang buka bab. Untuk penulis pemula yang namanya masih belum dikenal khalayak, bagi gue bukannya pesimis tapi mikir realistis. Karena bakalan percuma buang waktu dan tenaga tapi duit ga seberapa. 

Untuk yang nggak dikejar-kejar cuan sih nggak masalah sekedar menyalurkan hobi. Tapi gue butuh yang menghasilkan cepat jadi waktu itu nggak gue ambil. 

Back to Mpok gue ... 😅

Kisah Mpok gue memang patut gue angkat. Karena jalan ceritanya lebih-lebih dari sinetron bahkan novel itu sendiri. Setalah pisah dengan suami pertama, Mpok gue kini harus membesarkan dua anak dari seorang pemuda yang masih tetangga rumah. Sebenarnya, pemuda itu ingin bertanggung jawab. Dua kali hampir melangsungkan pernikahan. Namun, ibu dari pemuda ini selalu berhasil menggagalkannya. 

Mpok gue dipaksa pait getirnya hidup untuk membesarkan anak-anaknya sendirian. Sampai badannya kurus kering. Dan sudah terbayang lah gimana keadaan bokap nyokap gue menjadi omongan sekitar. Sebenarnya, justru karakter Mpok gue lebih dominan ke nyokap. Definisi seorang wanita yang anggun dan sederhana. Tidak suka dandan berlebihan. Sifatnya juga berbanding terbalik ma gue. Begitupun wajahnya, kalo Mpok gue lebih ke bokap secara fisik. Tapi karakter ke nyokap. 

Kalau Mpok gue orangnya rapi, teliti dan rajin. Gue sebaliknya. Mpok gue juga mangut akan aturan. Nggak kek gue yang cenderung semaunya sendiri 😅. Jika gue berani mengutarakan pendapat, kakak gue lebih memilih diam gimana kata ortu. Zaman sekolah pun sama, kalau Mpok gue langsung pulang, gue mah ngayap dulu 😄 

Kesalahannya hanya satu, dia jatuh cinta pada orang yang salah dan malah memporakporandakan kehidupan dirinya sendiri juga keluarga. Tapi, gue tidak menghakiminya. Ada part justru gue membela habis-habisan perjuangan kaka gue berbarengan dengan masalah gue sendiri yang sedang memuncak. Nggak kebayang dah jadi gue saat itu, lengkap detailnya ada di novel PELIK yang pernah gue tulis di Novelme. 

Usia Mpok gue beda 10 tahun ma gue. Meski karakter gue sangat bertolak belakang, tapi gue sangat dekat dengan Mpok gue. Sama Abang gue juga gue dekat. Gue orang yang cukup fleksible bisa masuk kemana saja. Di usia yang sudah memasuki 46an. Mpok gue harus banting tulang, karena dia sadar betul tidak bisa terus-terusan bergantung pada bokap nyokap. 

Gue pun masih menjadi penonton dari jauh, bagaimana kisahnya akan bergulir. Tapi gimanapun anak adalah anugerah. Gue hanya berharap kelak ada salah satu yang bisa membalikkan keadaan. 

Saat gue berjuang dengan kehidupan gue disini, semua keluarga gue terutama Mpok gue pun sedang berperang dengan kerasnya hidup. Kalau dibandingkan gue, Mpok gue lebih rajin ibadahnya. Dia mencoba mengikhlaskan nasib malang yang sudah menerpa dirinya. Andai gue mampu menolong tapi gue pun tidak bisa berbuat apa-apa sekarang. 

Banyak yang bilang tidak adil, tapi bokap gue memilih diam dan mengikhlaskan. Mo gimana pun protes, percuma hanya nambahin dosa. Karena keadilan hanya milik Tuhan semata. Mpok gue hanya satu dari kisah getir wanita yang harus menanggung penderitaan dari keegoisan pria yang hanya mau enaknya saja. Meski sampai saat ini Mpok gue masih selalu jadi bahan gunjingan warga sekitar, tapi dengan sisa semangatnya Mpok gue tetap mencoba melanjutkan hidup. Dan yang paling penting, ketika sebagian ada yang tega membunuh darah dagingnya sendiri karena menghindari aib. Mpok gue bertahan dan tetap menyayangi juga membesarkan anak-anaknya. Pun. Begitu juga bokap nyokap gue, tidak peduli begity banyak cibiran. Mereka tetap merangkul cucu-cucunya. 

Gue pengen lihat apa yang terjadi dengan pihak sebelah yang tidak mau mengakui darah dagingnya sendiri. Bukankah sebuah dosa besar jika mengingkari nasab seseorang? Gue pun masih menantikannya, nggak ada dalam cerita manapun yang mendzolimi bisa bebas berlenggang kaki. Gue yakin nggak di dunia mungkin kelak mereka akan mendapatkan hisab. Gue bukannya nyumpahin, tapi jujur saja gue geram karena hanya Mpok gue, ponakan2 gue, kedua orang tua gue juga keluarga gue yang mendapatkan cibiran. 

Yah, entahlah. Gue rasa tidak semua orang bisa termakan hasutan sepihak. Mungkin masih ada yang berpikiran jernih, tidak menghakimi dari satu sisi saja. Apapun itu, gue juga berharap mungkin kelak Mpok gue beserta anak-anaknya akan mendapatkan kebahagiaan. 




Postingan populer dari blog ini

Independent Woman

Weekend

Ambang Batas4