My Lullaby Part7

Ada banyak alasan yang membuat gue waktu itu sampe kek ngerasa mati segan hidup nggak mampu, tapi sebagian besar karena yang gue sebutkan di awal. 

Karena kami sepakat, akhirnya gue coba jalani lagi. Memang ada perubahan tapi sebentar doang. Bulan-bulan berikutnya lagi dan lagi gue mendapati laki gue masih berhubungan ma tu perempuan. 

Dari yang awalnya gue sampaikan dengan sopan ampe kesabaran gue menipis. Lebih lagi wanita itu sejak awal terkesan congkak menanggapi gue. kek nggak merasa bersalah, berdosa apalagi menyesal kalau dia sedang menghacurkan sebuah pernikahan. Gue sangat geram, bukankah secara usia dia jauh lebih dewasa. 

Pun secara iman, dari bentukannya dia terlihat agamis. Lebih-lebih sering posting tentang agama dan moral. Harusnya lebih paham hukum agama gimana ketimbang gue yang masih awam. 

Sampai gue bilang gini, dia udah pernah jadi istri dan masih jadi seorang ibu. Dia pasti tau betul gimana rasanya jika ada di posisi gue. Kenapa nggak dia saja yang ngilang kalo memang laki gue nya yang batu. Andai dia menutup pintu dan hatinya rapat-rapat mungkin laki gue bakal malu sendiri ngejar-ngejar dia. Dan gue pastikan meski sudah sehancur apa perasaan dan bentuk dari pernikahan gue, gue nggak bakalan nyerah demi anak gue. 

Wanita itu malah bilang, bukannya kalau gue n laki gue lagi dalam proses cerai. Fyi, selama itu gue nggak pernah ada kesempatan buat ketemu secara langsung. Karena dia juga tempat tinggalnya jauh dan hanya sesekali ke Jakarta. Tentang kenapa laki gue sering keluar sampe larut ada kemungkinan besar saat itu perempuan tersebut sedang berada di jakarta, mungkin bikin jadwal ketemu, masih misteri sampe sekarang. Hanya Tuhan dan mereka yang tahu. Jadi mo ga mo gue debat nyari solusi via telepon atau chat. Dulu belom booming whatsapp, Kadang nomor wanita tersebut juga ganti2 tapi feeling gue sebagai seorang istri emang tajem selalu tau. 

Sampai tu perempuan malah merasa jenuh karena merasa disudutkan ma gue. Mending tanya ma laki gue katanya sekarang milih siapa? Ngomong ke gue beda, ke wanita itu beda juga. Jelas itu nyelekit, kenapa harus suruh laki gue memilih? Kalau pikirannya waras sudah tentu gue yang lebih berhak karena ada anak dari laki gue. Juga gue disini korban, dan masih terikat pernikahan. 

Lalu gue bilang ma dua, kata gue apa-apa harusnya jangan langsung termakan rayuan manis laki gue konfirmasi dulu ke gue bener apa nggak nya. Tapi wanita itu selalu berdalih, kalau dia nggak suka kepo. Dahlah yang gue tangkep memang hatinya juga sudah dibutakan cinta. 

Gue jelasin kembali, gue hanya memberikan laki gue waktu untuk melupakan dia. Bukan pisah apalagi dalam proses cerai. Tapi, tu perempuan keukeuh bela diri mana dia tahu katanya, laki gue ngomongnya ke dia bahwa kami sedang proses perceraian. Gue nggak terima lah.

Ribut lagi gue ma laki gue bahas masalah ini. Di titik itu hati gue mulai dirasuki kegelapan. Marah, kesal, bahkan kebencian. Dan hal aneh terjadi saat gue tiba-tiba nggak bisa meneteskan air mata. Mo dipaksa keluar tetep aja kek kering kerontang. Hanya meninggalkan rasa sesak di dada dan puyeng kepala. 

Gue sangat tersiksa karena nggak bisa lagi nangis. Biasanya lebih plong. Untuk pertama kalinya juga gue mulai mencoba melampiaskan dengan mengambil sebatang rokok yang gue embat dari laki gue. Dan gue merasa lega bahkan lebih tegar dari sebelumnya. Besoknya gue beli sebungkus, dan sejak saat itu menjadi teman dikala gue sedih. Tambah gue nemu Bangtan beserta lagu-lagunya. Yang cukup mewakili segala keluh kesah hidup gue. 

Ada masa dimana gue merasa kosong, hati gue gelap, dan k orang munafik. Gue padahal mulai pake jilbab, kek bertolak belakang. Sampe gue benar-benar muak, gue lepas tu hijab. Gue warnai rambut gue, gue berontak. Lagu-lagu bts, pesan dari mereka tentang belajar mencintai diri sendiri membuat gue sadar kalo selama ini gue terlalu lemah. Gue mulai merasa nggak terima. Bukan gue yang nggak pantas dibahagiain oleh laki gue seperti yang gue pikirkan. Tapi laki gue yang nggak pantas dapet cinta yang begitu besar dari gue. 

Dari situ, mulai babak baru dalam fase hidup gue. Dimana gue membiarkan jiwa gue bebas. Gue hidup seperti apa yang diinginkan ma gue. Gue mulai nggak peduli lagi apa isi hp laki gue, masih sayang ma tu perempuan apa nggak. Selagi laki gue nggak ceraiin gue, ya gue bakal bertahan. Tapi, andai keluar dari mulut laki gue kata-kata itu maka untuk kali itu gue nggak bakal menahannya lagi. 

Gue mulai merubah haluan, fokus ke diri gue sendiri dan anak gue. Kalo perlu gue juga minta keadilan ma Tuhan. Jika laki gue bisa sebegitu beruntung bertemu dan menjalin hubungan dengan wanita yang buta hatinya tanpa melihat status, dan bisa nyenengin berupa materi. Kenapa gue juga nggak boleh mendapatkanya? Gue minta Tuhan tolong kirim modelan tu perempuan versi lakinya. 

Artinya bisa single, bisa duda, sama-sama orang berada dan buta kalo gue masih bini orang. Tentang bentuk pernikahan gue bakal kek gimana gue udah nggak peduli lagi. Yang penting depan anak gue kami masih kelihatan baik-baik saja. Dia nggak kehilangan keutuhan keluarga. Itu yang gue pikirkan.  

Bersambung dulu yak, bahas ini kok gue jadi esmosi 😅😅😅😅

Postingan populer dari blog ini

Independent Woman

Weekend

Ambang Batas4